
Daun yang gugur itu, masih memandang ranting rumahnya, sambil mengurai tubuhnya, retak demi retak.
Daun yang gugur itu, lekat menatap ranting rumahnya, sambil perlahan, menguning tubuhnya.
Daun yang gugur itu, tiada ada berpaling tatap dari ranting rumahnya, sambil mendengar, denyut lembut detak akar, yang menanti hilang leburnya.
Daun yang gugur itu, berulang diombang angin, diambing badai, tak sekalipun ia; dikenang
Daun yang gugur itu, memahami makna diam, tak lagi mencari riuh rendah puji kaji.
Monggo Komentare