
SEBIRU LANGIT – SEBIRU ASA
Meski usiaku menapaki senja
Namun, Semangatku sama
Seperti matahari kala menyapa bumi
Asaku tinggi hingga menyentuh langit
Berharap anak dan istri dapat menikmati
Nikmatnya, keringatku dari pagi hingga petang
Tidak peduli dengan matahari yang melahap kering kulitku
Perlindunganku hanyalah sebuah rajutan kain, sebagai penutup kepalaku
Aku merasa bangga juga terlihat gagah bukan jas ataupun tas mewah
Melainkan kantong karung serta pencukil yang sering aku kenakan saat bertugas
Bagimu…
Tempat kotor nan bau itu, mungkin tidak ada apa-apanya
Bagiku itu adalah sumber penghasil rezeki
Botol bekas bagai berlian
Yang terpenting aku bukanlah pengemis
Dimana tanganku tidak melakukan perbuatan yang cela
Seperti serigala-serigala yang lapar akan emas dan perak
Kamu dan Senja
Tuan,
Engkaukah yang dikirim oleh Tuhan?
Yang akan mengajaku hingga ketepi cakrawala
Penghujung ufuk, fatamorgana berganti menjadi Iman yang hakiki
Mengalun mega merangkai cerita
Atau hanya sekedar bertepi saja?
Merangkai mimpi serta janji
Lalu hilang oleh pekatnya malam
Sungguh! Itu semu tuan
DIRIKU DAN JIWAKU
Malam pekat
Aku mendekat
Bulan terang
Angan menerawang
Bintang bertabur
Ada jiwa yang lebur
Angin lirih
Lisan bertasbih
Monggo Komentare