
Perihal Mata Penyair Jalanan
lebih tajam dari jarum pemintal nasib
lebih teduh dari belantara
lebih nestapa dari kabar kematian nurani
mata penyair jalanan
mata seorang ibu yang iba
pada mungil merah
yang berlindung di putingnya
dan lebih sunyi dari spanduk pinggir jalan
yang berteriak soal keadilan
Pada Sebuah Gang Kecil Menuju Surga
saya bertemu jokpin di bawah
pohon kemboja yang bunga-bunganya
khidmat sujud menyentuh tanah
ia membawa celana dan telepon genggam
kaleng khong guan dan ceruk perempuan
kamar mandinya ketinggalan di rumah
saya duduk di samping
pohon kemboja yang bunga-bunganya
khidmat sujud menyentuh tanah
saya membawa penutup kepala dan sebuah kitab
pedal sepeda dan sebungkus nasib
tidak ada yang tertinggal
sebab saya lupa jalan menuju rumah ayah
ia dan saya berjalan meninggalkan
pohon kemboja yang bunga-bunganya
khidmat sujud menyentuh tanah
pada sebuah gang kecil menuju surga
sebuah kitab berbungkus celana
telepon genggam memakai penutup kepala
pedal sepeda dikayuh kaleng khong guan
sebungkus nasib dibawa pulang ceruk perempuan
ia dan saya membangun kamar mandi
pada sebuah gang kecil menuju surga
agar saya bisa pulang ke rumah ayah
Wajah Wilwatikta Hari Ini
wilwatikta bangga pada sejarah
museum yang beku penuh anak-anak darmawisata
candi-candi selfie dan senyum-senyum sendiri
wilwatikta masyhur pada bangunan raksasa
raja-raja berkulit putih semedi di ruang-ruang dingin
rakyat diupah tinggi lupa asal-usul diri
dan sungai keruh berbau itu
mengalir jauh untuk melapor pada sesepuh
Monggo Komentare