Ayunan Durjana
Ragaku sempurna terendam darah sendiri
Malu pada pelita fajar, haru ku dekap elok senja
Kedengkian tak pernah berujar
Hingga menghimpit risau berpedar
Astaga!
Tak kutahu bahasanya menyandera lamunan
Bangunlah!
Pekat langit memaksamu berirama
Lelah
Masih dengan rindu yang kian berhamburan
Menyeruak, ingin beranjak
Tak kuasa kuhentakkan kaki tuk menari
Serasa ngilu bersembunyi
Berbekal nista, niat hati kutopang senja yang sengaja berkacak pinggang di ufuk barat sana
Ihwal luka yang kian menganga
Samar terdengar keluh mesra sang mega
Tiada kentara
Aku hanya ingin luruh bersamanya
Lupa
Mataku terpincing menyipit menatapmu
Tinggi anganku membeku waktu
Yang girang membuat kau cemburu
Kala angin menyapa
Kau berharap malam terjaga
Menghentikan keheningan waktu tersisa
Menyeret sesal yang tak ada guna
Aku terbahak menggerutu malam
Kupikir terlalu naif ambisimu
Bersikeras berdiri, sementara kau telah sanggup berlari
Membiarkan malam berdiri lebih lama,
Padahal hadirmu telah mereka damba
Membiarkan purnama terbit setiap pagi,
Padahal jinggamu telah mereka puji