
Puisi Untuk Chairil Anwar
Untukmu, Chairil
Kukisahkan rindu dan ragu
Harum gerammu di buku-buku
Degup jantungmu
Gegap puisimu
Berdetak dalam detikku
Rinduku, Chairil
Padamu
Pada puisi yang tak perlu kutangisi
Lika-liku
Luka seorang laki-laki
Sajakmu mengajakku
Mengejar langkah-langkah waktu
Yang mengekalkanmu
Seribu tahun setelah hari ini
[divider style=”dashed” top=”20″ bottom=”20″]
Merayu Tuhan
Aku diliputi gelap sayang
Sedang Kau lebih terang dari matahari
Maka rasaku menjelma bayang-bayang
Nama-Mu menggema
Puisiku terbata-bata menyusun kata c i n t a
Kau segala
Aku siapa?
Dia si apa?
Malam-malam terlalu dingin
Aku larut
Diseduh sedih, dalam kopimu
Dihapus hujan, air mata kita
Aku meracau
Menulis segala tangis
Merapal segala doa yang kuhapal
Kucari-cari Engkau, Sayang
Sebuah puisi tak pernah cukup mengemas takut
Aku si khouf
Engkau Maha Ro’uf
Izinkan aku mengemis
Bersujud bersama gerimis
[divider style=”dotted” top=”20″ bottom=”20″]
A
Seperti seorang pelukis mengabadikan senja dalam kanvas
Aku juga ingin mengabadikanmu dalam doa tanpa batas
Tapi aku rabun
Cahayamu terlalu menyilaukan untuk dibiaskan
Aku adalah pelukismu
pemahatmu
penyairmu
yang selalu kehabisan diksi saat menatapmu
Aku
adalah aku
Sedang “kau”
adalah nama belakang seseorang yang kupanggil rindu.
Malang, 10-01-19
Monggo Komentare